Total Tayangan Halaman

Rabu, Oktober 05, 2011

Komitmen, Keberanian, dan Hasrat

Namanya Hani. Hani Irmawati. Ia adalah gadis pemalu, berusia 17 tahun.
Tinggal di rumah berkamar dua bersama dua saudara dan orangtuanya. Ayahnya
adalah penjaga gedung dan ibunya pembantu rumah tangga. Pendapatan tahunan
mereka, tidak setara dengan biaya kuliah sebulan di Amerika.
Pada suatu hari, dengan baju lusuh, ia berdiri sendirian di tempat parkir
sebuah sekolah internasional. Sekolah itu mahal, dan tidak menerima murid
Indonesia. Ia menghampiri seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sana .
Sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian besar untuk ukuran gadis
Indonesia.
"Aku ingin kuliah di Amerika," tuturnya, terdengar hampir tak masuk akal.
Membuat sang guru tercengang, ingin menangis mendengar impian gadis belia
yang bagai pungguk merindukan bulan.
Untuk beberapa bulan berikutnya, Hani bangun setiap pagi pada pukul lima dan
naik bis kota ke SMU-nya. Selama satu jam perjalanan itu, ia belajar untuk
pelajaran biasa dan menyiapkan tambahan pelajaran bahasa Inggris yang
didapatnya dari sang guru sekolah internasional itu sehari sebelumnya. Lalu
pada jam empat sore, ia tiba di kelas sang guru. Lelah, tapi siap belajar.
"Ia belajar lebih giat daripada kebanyakan siswa ekspatriatku yang
kaya-kaya," tutur sang guru. "Semangat Hani meningkat seiring dengan
meningkatnya kemampuan bahasanya, tetapi aku makin patah semangat."
Hani tak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa dari universitas
besar di Amerika. Ia belum pernah memimpin klub atau organisasi, karena di
sekolahnya tak ada hal-hal seperti itu. Ia tak memiliki pembimbing dan nilai
tes standar yang mengesankan, karena tes semacam itu tak ada. Namun, Hani
memiliki tekad lebih kuat daripada murid mana pun.
"Maukah Anda mengirimkan namaku?" pintanya untuk didaftarkan sebagai
penerima beasiswa.
"Aku tak tega menolak. Aku mengisi pendaftaran, mengisi setiap titik-titik
dengan kebenaran yang menyakitkan tentang kehidupan akademisnya, tetapi juga
dengan pujianku tentang keberanian dan kegigihannya," ujar sang guru.
"Kurekatkan amplop itu dan mengatakan kepada Hani bahwa peluangnya untuk
diterima itu tipis, mungkin nihil."
Pada minggu-minggu berikutnya, Hani meningkatkan pelajarannya dalam bahasa
Inggris. Seluruh tes komputerisasi menjadi tantangan besar bagi seseorang
yang belum pernah menyentuh komputer. Selama dua minggu ia belajar
bagian-bagian komputer dan cara kerjanya.
Lalu, tepat sebelum Hani ke Jakarta untuk mengambil TOEFL, ia menerima surat
dari asosiasi beasiswa itu.
"Inilah saat yang kejam. Penolakan," pikir sang guru.
Sebagai upaya mencoba mempersiapkannya untuk menghadapi kekecewaan, sang
guru lalu membuka surat dan mulai membacakannya: Ia diterima! Hani
diterima....
"Akhirnya aku menyadari bahwa akulah yang baru memahami sesuatu yang sudah
diketahui Hani sejak awal: "bukan kecerdasan saja yang membawa sukses, tapi
juga hasrat untuk sukses, komitmen untuk bekerja keras, dan keberanian untuk
percaya akan dirimu sendiri," tutur sang guru menutup kisahnya.
Kisah Hani ini diungkap oleh sang guru bahasa Inggris itu, Jamie Winship,
dan dimuat di buku "Chicken Soup for the College Soul", yang edisi
Indonesianya telah diterbitkan.
Tentu kisah ini tidak dipandang sebagai kisah biasa oleh Jack Canfield, Mark
Victor Hansen, Kimberly Kirberger, dan Dan Clark. Ia terpilih diantara lebih
dari delapan ribu kisah lainnya. Namun, bukan ini yang membuatnya istimewa.
Yang istimewa, Hani menampilkan sosoknya yang berbeda. Ia punya tekad. Tekad
untuk maju. Maka, sebagaimana diucapkan Tommy Lasorda, "Perbedaan antara
yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang."
Anda memilikinya?

Indahnya Bersyukur

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan... Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu, karena itu memberimu kesempatan untuk belajar...


Bersyukurlah untuk masa-masa sulit, di masa itulah kamu bertumbuh...


Bersyukurlah untuk keterbatasanmu, karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang...


Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru, karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu....



Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat, itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga...


Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih, karena itu berarti kamu telah membuat suatu perbedaan...


Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik ... Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa yang surut...


Rasa syukur dapat mengubahkan hal yang negatif menjadi positif....


Temukan cara untuk bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu ........

Selasa, Oktober 04, 2011

Big Dreams "Oxford University"

The University of Oxford (informally Oxford University, or simply Oxford), located in the UK city of Oxford, is the oldest surviving university in the English-speaking world and is regarded as one of the world's leading academic institutions. Although the exact date of foundation remains unclear, there is evidence of teaching there as far back as the 11th century. The University grew rapidly from 1167 when Henry II banned English students from attending the University of Paris.

After disputes between students and Oxford townsfolk in 1209, some academics fled north-east to Cambridge, where they established what became the University of Cambridge. The two "ancient universities" have many common features and are nowadays known as Oxbridge. In post-nominals the University of Oxford is typically abbreviated as Oxon. (from the Latin Oxoniensis), although Oxf is sometimes used in official publications.

Most undergraduate teaching at Oxford is organized around weekly essay-based tutorials at self-governing colleges and halls, supported by lectures and laboratory classes organized by University faculties and departments. League tables consistently list Oxford as one of the UK's best universities, and Oxford consistently ranks in the world's top 10. The University is a member of the Russell Group of research-led British universities, the Coimbra Group, the League of European Research Universities, International Alliance of Research Universities and is also a core member of the Europaeum. For more than a century, it has served as the home of the Rhodes Scholarship, which brings students from a number of countries to study at Oxford as postgraduates.